Tuesday, April 16, 2024
BerandaTechBalas Pesan Pakai Emoji, Seorang Pegawai Dipecat

Balas Pesan Pakai Emoji, Seorang Pegawai Dipecat

TechDaily.id – Seorang pegawai bar dipecat hanya gara-gara membalas pesan dari atasannya dengan menggunakan emoji.

Menurut laporan South China Morning Post, peristiwa ini benar-benar terjadi dan menimpa seorang pegawai bar di daerah Changsa, provinsi Hunan, China.

Mulanya, manajer di bar tersebut berkomunikasi dengan seorang pegawainya di grup WeChat. Di grup tersebut, sang manajer meminta si pegawai untuk mengirimkan dokumen meeting.

Mengetahui mendapatkan perintah dari sang atasan, pegawai tersebut langsung membalasnya dengan emoji ‘ok’, yakni berupa telunjuk dan jempol membentuk huruf O.

Sialnya, manajer tersebut merasa tidak dihormati karena mendapatkan balasan dari bawahannya berupa gambar emoji saja.

“Kamu seharusnya memakai teks untuk membalas pesan. Apa kamu tak tahu aturan?” demikian kutipan pesan dari sang manager.

Tak lama berselang, si manajer pun langsung menghubungi divisi SDM dan meminta pegawai untuk dirumahkan alias dipecat.

Kontan, kisah ini pun langsung menjadi viral di media sosial. Pegawai bar yang tidak ingin disebutkan namanya ini menyebut hal yang dialaminya sebagai situasi yang bodoh.

BACA JUGA
OYO Dapat Suntikan Dana USD 2 Juta

“Ini kasus yang nyata, proses pemecatan sedang diproses. Aku telah bekerja selama beberapa tahun dan ini pertama kalinya aku mengalami situasi bodoh seperti ini.”

Screenshot percakapan mereka pun sudah dilihat lebih dari 280 juta kali di media sosial Weibo. Warganet yang membaca percakapan tersebut pun memberikan dukungan kepada pegawai yang dipecat.

“Tapi memang alasan apapun valid jika bos ingin memecatmu,” tulis seorang warganet. “Saya pikir pemimpin yang baik harus bisa menerima gaya komunikasi yang berbeda,” tulis akun lainnya.

Sementara bagi kalangan akademisi, kejadian tersebut dinilai murni merupakan kesalahan dari seorang atasan.

“Tentunya ini adalah alasan yang sembarangan untuk memecat pegawai. Tapi hal itu mungkin terjadi di perusahaan kecil dan menengah karena mereka tidak punya regulasi soal situasi semacam ini,” tutup Wang Li Ping, profesor dari Renmin Business School.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Artikel Terbaru

Rekomendasi