Tuesday, April 23, 2024
BerandaEnterpriseKebocoran Informasi Berakibat Kerugian Sampai US$186 Juta

Kebocoran Informasi Berakibat Kerugian Sampai US$186 Juta

Techdaily.idStudi Kaspersky menunjukkan kerugian sebesar US$1,10 juta dialami oleh para pengambil kebijakan perusahaan di Asia Tenggara pada 2019. Hal itu terjadi akibat kebocoran informasi yang disebabkan oleh serangan malware.

Nilai ini semakin meningkat jika pencurian informasi berdampak bagi kerugian finansial yang ditaksir sebesar US$1,41 juta. Bahkan, angka ini terus meningkat jika dihitung dari potensial bisnis yang akah diraih perusahaan yakni US$186 juta.

BACA JUGA
Realme X Akan Segera Hadir di India, Indonesia Kapan?
BACA JUGA
2 HP Baru Siap Datang ke Indonesia, realme 8 dan Galaxy A32

Pencurian data merupakan pelanggaran hukum yang diderita oleh 53% perusahaan. Dari pengambilan data ini dihadapi kesulitan pembayaran kompensasi kepada pelanggan dan penarikan pelanggan baru oleh 51% perusahaan.

Kemudian, sebanyak 41% perusahaan mengalami pinalti atau denda atas pencurian data dan kehilangan beberapa mitra bisnis dihadapi oleh 30% perusahan.

Hal-hal lain yang terungkap dari Studi Kaspersky adalah jenis informasi yang dicuri oleh penjahat dunia maya adalah informasi yang dapat diidentifikasi secara pribadi sebesar 53%.

Kemudian, kredensial otentikasi sebesar 33%, rincian pembayaran atau kartu kredit sebesar 32%, nomor rekening sebesar 27%, dan keterangan pribadi lainnya sebesar 26%.

Berikutnya, informasi karyawan pribadi sebesar 30%, data sensitif perusahaan sebear 23%, dan kekayaan intelektual perusahaan sebesar 16%.

“Penting untuk mengetahui kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh sebuah pelanggaran data terhadap perusahaan, bukan untuk mempermalukan entitas yang terlibat, tetapi sebagai teguran bagi mereka yang menganggap jaringannya aman,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.

Dari kerugian akibat kebocoran informasi yang dialaminya, sebanyak 56% perusahaan menerapkan kebijakan dan persyaratan keamanan tambahan. Selanjutnya, peralihan vendor keamanan atau penyedia layanan oleh 53% perusahaan dan peningkatan prosedur otentikasi untuk pelanggan oleh 49% perusahaan.

Bahkan, sebanyak 62% perusahaan meningkatkan kemampuan dan intelejen ancaman. Kemudian, 61% perusahaan mengimplementasikan program respons insiden.

Selanjutnya, penerapan teknologi deteksi jaringan dilakukan oleh 61%, dan alat deteksi titik akhir (endpoint detection) oleh 44% perusahaan.

“Cara terbaik untuk kembali pulih setelah terjadinya pelanggaran adalah dengan mengevaluasi lingkungan keamanan TI Anda dan mengidentifikasi celah yang dieksploitasi,” ucapnya. (mam)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

Artikel Terbaru

Rekomendasi