Tuesday, April 23, 2024
BerandaEnterpriseTelcoKonvergensi Layanan Telekomunikasi Tak Bisa Terelekkan

Konvergensi Layanan Telekomunikasi Tak Bisa Terelekkan

TechDaily.id – Kebutuhan pengguna telekomunikasi di Indonesia semakin besar, sehingga konvergensi layanan telekomunikasi pun tak bisa dielakkan. Cepat atau lambat, masyarakat membutuhkan layanan telekomunikasi yang cepat, lebih lancar, hingga minim blank spot.

Oleh karena itu, wacana mengenai teknologi fixed-mobile convergence (FMC) kembali menyeruak. Teknologi ini secara ide menggabungkan layanan fixed broadband dan seluler dalam satu genggaman.

Wacana ini sudah ada sejak 2005 berkembang dan secara global banyak perusahaan telekomunikasi yang melakukannya. Kerena, kebutuhan pasar semakin kencang.

“Fixed-Mobile Convergence (FMC) sudah menjadi topik sejak dua dekade lalu secara teknologi, hal ini karena pelaku usaha sadar kebutuhan pasar pasti mengarah ke konvergensi seiring digitalisasi kian kencang,” kata Doni dalam acara diskusi IndoTelko Forum.

Menurut Doni, FMC bisa menjawab tuntutan pengguna. Dia menambahkan dari sisi teknologi operator terlihat serius menggarap FMC dengan menggeber 5G dan fiberisasi jaringan. Belum lagi sejumlah aksi korporasi dilakukan yang mengarah pada konsolidasi layanan.

Konvergensi Layanan Telekomunikasi Tak Bisa Terelekkan

Doni berharap regulator mulai mengantisipasi era FMC yang sudah di depan mata dengan mulai memikirkan regulasi yang sesuai kondisi pasar.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Segara Research Institute dan Dosen Perbanas Institute Piter Abdullah mengatakan konvergensi layaan fixed dan mibile broadband harus dilakukan secara bertahap karena jika dilakukan sekaligus akan memakan biaya besar.

Piter mengatakan mendukung adanya konvergensi layanan telko yakin layanan FMC yang dihasilkan tidak akan membenani konsumen, terutama dari sisi harga.

“Yang namanya bisnis akan utamakan customer, kalau enggak harga yang murah ya layanan yang bagus. Yang lakukan konvergensi kan ada beberapa perusahaan, jadi mereka pasti enggak mau lakukan sesuatu yang rugikan konsumen hingga buat konsumennya pindah,” ujarnya.


Beberapa inisiasi menuju FMC sudah dilakukan operator seperti XL Axiata, Smartfren, hingga TelkomGrup,” katanya.

Analis BRI Danareksa Niko Margaronis mengatakan untuk pemain seperti TelkomGrup di sisi konsumer mobile sama fixed mau tidak mau harus digabung. “Karena kalau tidak dilakukan Telkom ya operator lain akan lakukan,” kata Niko.

Menurut dia, operator telko ke depannya harus menjalankan layanan 5G dan FMC secara bersama-sama, bukan memilih salah satu di antara keduanya.

Layanan fixed sendiri lebih menghasilkan revenue dibanding 5G.

Layanan 5G mungkin akan lebih luas ada 2024, namun dengan penggabungan layanan ini operator bisa pasarkan layanan internet, OTT, IoT untuk rumah.

“FMC basisnya, supaya operator bisa jualan, offering (layanan) harus komprehensif,” lanjut Niko.

Diprerdiksinya, 5G mungkin akan lebih luas ada 2024, namun dengan penggabungan layanan ini operator bisa pasarkan layanan internet, OTT, IoT untuk rumah. “FMC basisnya, supaya operator bisa jualan, offering (layanan) harus komprehensif,” kata Niko.

Tama
Tama
Gadgetfreak, FOMO
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

Artikel Terbaru

Rekomendasi