Friday, April 26, 2024
BerandaTechlifeE-commercePengguna Aplikasi E-commerce di Indonesia Terus Meningkat

Pengguna Aplikasi E-commerce di Indonesia Terus Meningkat

TechDaily.ID Laporan Aplikasi Belanja Seluler 2019 yang dirilis Liftoff memaparkan analisis mendalam tentang perilaku berbelanja orang Indonesia melalui aplikasi selular. Laporan ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kenyamanan dalam berbelanja dapat membantu mendorong pengguna untuk berbelanja melalui aplikasi tersebut.

Riset tersebut menganalisa lebih dari 90,9 miliar tayangan iklan, 13,6 juta instalasi, serta 3,9 juta pendaftaran dan pembelian yang terjadi antara April 2018 dan April 2019. Dengan cakupan riset yang menjangkau empat kawasan mencakup Asia-Pasifik; Amerika Utara; Amerika Latin serta Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Laporan dari Liftoff menunjukkan bahwa pengguna aplikasi belanja semakin menyukai aktivitas berbelanja pada tahun ini, yang dianggap sebagai tahun kejayaan perdagangan seluler sejauh ini.

Laporan dari Liftoff menunjukkan bahwa Indonesia merupakan sebuah pasar yang sangat menarik dalam hal akuisisi dan perilaku pengguna terhadap aplikasi mobile e-commerce. Hal ini dikarenakan tingginya ekspansi penggunaan internet serta pertumbuhan e-commerce.

Biaya yang dikeluarkan oleh pihak pemasar aplikasi untuk mendorong instalasi aplikasi adalah sebesar USD 1,65. Biaya ini merupakan biaya terendah di antara lima negara yang dianalisis dalam laporan tersebut, yang mencakup Indonesia, Jerman, Jepang, Inggris, dan AS. Biaya ini lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendorong pengguna agar melakukan pembelian pertama dalam aplikasi belanja yang berkisar pada USD 16,69 (Rp 236 ribu).

Namun demikian, rendahnya biaya-biaya tersebut hanya diimbangi dengan tingkat konversi yang juga rendah. Sebagai contoh, tingkat instalasi-hingga-pembelian (install-to-purchase rate) di Indonesia hanya mencapai 9,9 persen, lebih rendah dari tingkat instalasi-hingga-pembelian sebesar 10,1 persen di kawasan Asia-Pasifik secara umum.

Selain itu, laporan Liftoff juga menemukan bahwa konsumen e-commerce di Indonesia biasanya memakan waktu yang lama untuk bergerak dari instalasi ke pembelian, dengan rata-rata waktu mencapai 1 hari, 19 jam dan 31 menit. Namun demikian, Liftoff memprediksikan bahwa tren tersebut akan cenderung mengalami peningkatan di masa depan karena berbagai aplikasi lokal seperti Go-Jek dinilai akan membuat aktivitas pembayaran dan belanja seluler semakin banyak dan populer.

Hal lain yang menjadi perhatian bagi pihak pemasar dan pengusaha ritel adalah tingkat retensi aplikasi belanja di Indonesia yang berada di posisi paling akhir dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia-Pasifik. Indonesia memiliki tingkat retensi sebesar 11 persen pada Hari Ke-1 dan turun drastis menjadi 4 persen pada Hari Ke-7. Alasan utama yang melatari penurunan yang drastis ini adalah rendahnya kurva pembelajaran (learning curve) konsumen, ketidaksabaran dalam memahami mekanisme penggunaan aplikasi, serta kegagalan dalam memahami nilai jangka panjang dari instalasi suatu aplikasi.

Baik di Indonesia maupun di seluruh kawasan Asia-Pasifik, Liftoff menemukan bahwa pengguna cenderung terbuka dalam mengeksplorasi berbagai aplikasi belanja, dengan tingkat registrasi yang meningkat tajam serta biaya akuisisi yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Namun demikian, data menunjukkan adanya sebuah tren baru yang mengejutkan, yaitu mobile window shopping.

Saat pengguna dengan mudahnya melakukan instalasi dan pendaftaran pada aplikasi, laporan gabungan Liftoff dan Adjust menyebutkan bahwa terdapat penurunan cukup besar yang terjadi pada fase pembelian, dengan biaya-per-pembelian-pertama (cost-per-first-purchase) di Asia-Pasifik yang mengalami kenaikan sebesar 13,3 persen menjadi USD31,26, diikuti dengan rendahnya tingkat konversi yang berada pada angka 10,1 persen.

Faktor pendorong dari penurunan ini belum diketahui secara jelas, namun fenomena tersebut dapat mengindikasikan adanya tren berbelanja yang lebih besar. Ini ditunjukan dengan adanya permintaan terhadap adanya pengalaman berbelanja yang lebih ramah pengguna. Saat tingkat harga cenderung mendominasi keputusan konsumen dalam berbelanja, beragam faktor seperti adanya interaksi dengan penjual serta kekhawatiran akan kemampuan penjual dalam memenuhi pesanan juga dipandang penting oleh para pembelanja seluler.

“Untuk pihak pemasar aplikasi yang ingin mendorong tingkat pembelian, kuncinya terletak pada penggunaan data yang mereka miliki, pemahaman titik-titik yang berpotensi mengalami penurunan, serta kemampuan menentukan segmen serta target yang sesuai. Berbagai merk dapat membuat dan meluncurkan strategi interaksi pengguna yang sempurna untuk inisiatif pemasaran mereka. Upaya personalisasi tersebut merupakan kunci dalam memenangkan konsumen yang cenderung berubah-ubah serta membangun loyalitas jangka panjang,” ujar Christian Henschel, Co-founder dan CEO Adjust.

Untuk mendorong tingkat pembelian, pihak pemasar yang cermat dapat mengintegrasikan aplikasi belanja ke dalam strategi pemasaran, memberikan penawaran eksklusif melalui aplikasi seperti penawaran terbatas yang istimewa untuk mendorong pembelian melalui aplikasi. Selain itu, pihak pemasar harus menyesuaikan dengan tim logistik dan tim pemenuhan pesanan dari pihak penjual untuk memastikan bahwa produk yang diinginkan konsumen tersedia dan dapat dikirimkan tepat waktu.

“Pasar aplikasi belanja di Asia, termasuk Indonesia tumbuh secara dinamis dan sedang berada dalam posisi tertinggi, namun demikian berdasarkan temuan kami. Jumlah pembelian yang dilakukan melalui aplikasi-aplikasi tersebut tidak setinggi yang seharusnya. Terlepas dari tren umum yang menyebutkan bahwa konsumen sekarang cenderung bergeser dari aktivitas belanja melalui layar komputer ke layar ponsel,” ungkap Dennis Mink, Vice President Marketing Liftoff.

Tama
Tama
Gadgetfreak, FOMO
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

Artikel Terbaru

Rekomendasi